Dengan kesibukan yg ku alami, rumah hanya tempat untuk merebahkan lelah dengan mengesampingkan fungsi utamanya, yaitu ngumpul bareng keluarga atau seminimal mungkin berada disatu atap walaupun dengan kegiatannya masing-masing.
Malam ini, ragaku tersentak dinginnya api keegoisan dan reruntuhan tembok nan angkuh.
Tersadar lalu tergambar secara jelas, terfikir dengan air mata yg menjadikannya pertanda, memutar balek momeri kelam yg makin mengucur deras kan air mata, semua perihal tentang orang tua.
Mereka adalah sosok pahlawan yg sebenarnya, tidak ada seorang pun yg mampu menggantikan posisi mereka. Tempat dimana segala masalah menjadi mudah, yg awalnya susah akhirnya pasti mudah.
Mereka rela mengesampingkan rasa nyaman demi anaknya tercinta. Aku sedang mengalaminya dan melihat itu semua.
Aku malu pada diri ini, yg kian dewasa kian durhaka.
Aku menyayangi mereka tanpa batas, tanpa puas dan dengan ikhlas.
Tuesday, 25 June 2019
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Berisi Ekspetasi Tinggi
Gelap. Cahaya yang sedang di perjuangkan belum bisa bersanding. Gagal. Berkali-kali hingga ratusan kali pun belum membuahkan hasil yang di i...
-
Gelap. Cahaya yang sedang di perjuangkan belum bisa bersanding. Gagal. Berkali-kali hingga ratusan kali pun belum membuahkan hasil yang di i...
-
Berpapasan tanpa dikehendaki, tidak tersenggol cuman tidak terlalu jauh. Aku dikiri dia dikanan, aku maju ke depan dia maju kebelakang ku. ...
-
Terlintas angan-angan masa depan, yg pertama penerus dan yg kedua solusi. Angan-angan itu muncul ketika sedang bersemedi di kamar mandi, de...
No comments:
Post a Comment