Sunday, 28 April 2019

Dulu itu, kini ini

Sekarang aku merasa leluasa dengan semua macam aktivitas yg sedang ku jalani, bahagia dari malam ke pagi,  dan di penuhi rasa syukur sepanjang hari.

Aku bebas melangkah kemanapun kaki ini mau, kesana kesini, balek kanan atau balek kiri ataupun menari, menghabiskan hari dengan cara itu. Sedangkan dulu, aku ibarat katak didalam tempurung, yg mendekap ditengah tengah ikatan, terjebak dengan rutinitas yg monoton. Mengesalkan sekali dulu.

Kini, aku merasa bagaikan elang dengan daya jelajah yg dibutuhkan nya, menembus dinginnya cakrawala dan berbaring di teriknya mentari, semua ku lakukan dengan senang hati.
Memang cukup padat dan terbilang lumayan berat, tapi aku bangga karena capek yg ku hasilkan berasal dari aktivitas yg ku gandrungi.

Ada satu hal yg cukup melekat yaitu, aku takut lupa. Lupa waktu bahkan lupa diri, lupa diri sendiri. Merasa sudah bisa melakukan ini itu tanpa bantuan orang lain, membuat diri ini cukup angkuh.
Aku takut hal itu terjadi dan semoga saja tidak terjadi.

Fokus ku kini, ingin menempa diri se elok mungkin dan dengan cara nya sendiri. Memang banyak isu yg beredar, cemoohan datang dari berbagai sudut, mengoyakkan damai memunculkan amarah.
Tapi inilah aku, inilah jalan yg ku pilih.
Jika ada salah tolong tegur, jika ada kurang bantu lengkapi dan ketika aku lemah kembali disemangati.
Aku butuh itu, kapan pun.

Tuesday, 23 April 2019

Rumah retak

Pagar hitam yg membatasinya 1 pohon dan 21 bunga mengelilinginya, rumah ini. Ada banyak kenangan disini Dari usiaku nan kecil sampai kini, 20 tahun 6 bulan ku menempati. Kini, reretakan mulai bermunculan kepermukaan Baik dari bawah, atas dan depan Semua mulai menganga Terbuka secara paksa, Serta mengeluarkan pasir dan semut merah dari dalamnya Ditambah lagi warna dinding mulai menua, Mengelupas serta pudar. Semua terjadi seperti kedua orang tuaku Melalui waktu yg enggan permisi Ada satu retakan yg begitu jelas Diruang tengah dan pojok pintu atas Khawatir mulai tergambar jelas Berkata, ini tidak pantas Seisi rumah senyum dengan rasa cemas Mungkin belum sekarang, Namun lambat tapi pasti ini bakal terjadi. Rumah ini rata dengan tanah. Memang itu lah kehidupan keluarga ku Ada pasang surut yg silih berganti. Yg aku takuti hanya, Rumah ini hancur beserta kenangan yg ada Tapi, yg paling aku takuti Rumah ini hancur ketika kami tidur pulas, Menjatuhkan benda bendanya dari atas Jelas, tanpa permisi Dengan kami sebagai korban yg tewas

Saturday, 13 April 2019

Raut wajah

Berpapasan tanpa dikehendaki, tidak tersenggol cuman tidak terlalu jauh. Aku dikiri dia dikanan, aku maju ke depan dia maju kebelakang ku.

Lupa saat itu aku berkata apa, namun ekspresi mukanya begitu menyentuh ku. Ketegaran yg dimilikinya dan kebaikan nya pun sangat berarti.

Aku tau dia sudah lanjut usia, sudah waktunya bersantai-santai dengan hari tuanya, namun kerutan itu membuat ku tersipu. Dia hanya menampakkan kesanggupan nya di balek pernyataan yg ku lontar kan

Jujur, hati ini tersentuh begitu dalamnya.
Merobek begitu sadisnya dan membakar dinginnya malam itu.

Ntah sampai kapan aku terus terusan begini, menyusahkan dan masih setia menyusahkan. Walaupun aku beranggapan sudah meringankan, namun itu bagaikan embun di kala hujan.
Sangat teramat sedikit.

Monday, 8 April 2019

Sedang kacau

Obat manusia adalah berani tidur lebih larut dan bangun harus pagi. Namun manusia mempunyai penyakit yaitu mau tidur larut tapi takut bangun pagi.
Ya kebanyakan manusia begitu, pun aku.

Misalnya, kita sudah berkegiatan seharian penuh tanpa istirahat, ketika sampai di ranjang yg empuk, diri ini ingin melakukan sesuatu hal dari waktu 2-3 jam yg akan datang.
Punya semangat nan tinggi, awalnya.

Namun tibalah waktunya, rebahan dan tiduran pun menghasilkan mimpi indah. Sedang asik asiknya berimaji, waktu yg disepakati pun tiba, namun " aka acuah jenyeh ", dingaretekan beberapa menit setelahnya sampai akhirnya semua rencana tadi jadi wacana saja.
Punya teori cuman nggak sempat praktek.

Tau apa yg bakal terjadi setelahnya?
Penyesalan, ya oenyesalan ! Kecewa, meng-judge diri sendiri, lalu menyalahkan keadaan dan malu.
Menurutku, anggap saja ini sebagai dari awal, jadi masih ada kemungkinan untuk memperbaiki ke depannya, karena kebanyakan dari mereka yg telah mencapai sukses adalah mereka yg belajar dari kegagalan.

Wednesday, 3 April 2019

Candaan mahal

Siapa bilang bercanda itu gratis? Kurang setuju dengan kalimat di atas, walaupun itu aku yg nulis.

Untuk menciptakan candaan yg berkelas, pastinya harus didukung dengan tempat dan fasilitas yg mendukung, termasuk makanan dan minuman sebagai tumbal mulut dan suasana yg alam pamerkan secara gratis.

Mengenai makanan dan minuman, pasti itu membeli bukan, nggak mungkin nyolong. Mesti beli ini itu untuk mensuplai energi tawa kita yg bakal lepas dari seseorang teman yg sedang bercanda. Nggak mungkin juga lagi asik ketawa tiba tiba pingsan akibat kurang karbohidrat? Lucu sih, cuman terlampau greget.

Harus siap untuk merogoh kocek lebih dalam, meluangkan waktu lebih panjang dan menyiapkan tenaga yg ektra untuk itu semua.
Hargailah Setiap pertemuan yg hadir, tidak mungkin bakal terulang untuk yg ke 1000 kali tapi mungkin saja terulang untuk yg ke 2 atau 3 nya, kapan dan dimana itu tergantung produser kawakannya kembali mengatur jadwal.

Ciptakanlah hari hari yg kau lewati dengan raut wajah gembira dan bahagia, sayang saja pulang dengan kondisi wajah cemberut.
Untuk memulai bercanda itu ada 2 kemungkinan, pertama yg paling sedih itu kita harus menertawai diri sendiri dulu dan yg paling senang ialah menertawai kawan atau sekitaran kita dengan luapan emosi jiwa yg sensasional.

Berisi Ekspetasi Tinggi

Gelap. Cahaya yang sedang di perjuangkan belum bisa bersanding. Gagal. Berkali-kali hingga ratusan kali pun belum membuahkan hasil yang di i...