Monday, 21 January 2019

Melabeli gelar

Terjadi suatu pemikiran yg terdapat dari sudut pandang seseorang yg mungkin memiliki IQ standar dan beberapa argumen yg ia temukan melalui perjalanan sekaligus pembelajaran hidup secara sederhana.

Terlalu absurd nya jika ada seseorang yg hobi berkeliaran dan berkelana lalu dengan bangga melabeli dirinya sebagai pendaki atau travelling. Lebel itu hanya ada pada peralatan saja, ingat itu benda mati sedangkan kita bernyawa.

Ingin dipandang lebih mungkin bisa jadi faktor utama untuk melakukan kegiatan yg berbaur dengan semesta namun ada sikap angkuh yg terselip.

Jika benda mati memiliki label, maka kita yg bernyawa mempunyai nama dan sifat yg telah tercantum. Jika benda yg berlabel memiliki nominal, maka kita yg punya nama tidak memiliki seri ataupun nominal.

Liburan dan berdiskusi dengan alam adalah suatu yg terkesan istimewa, jadi jangan terlalu sibuk untuk memberi label atau gelar kepada diri sendiri.

Liburan butuh ketenangan dan kenyamanan bukan memberi beban, beban yg sudah ada cukup membuat mu bijak.

Haus? Ada yg berasa pujian dan rasa hinaan.

Banyak yg berkata dibalik pujian itu ada hinaan yg tersusun sangat rapi dan dibalik hinaan tersebut ada pujian yg bisa dijadikan menjadi motivasi.

Jangan telan seutuhnya semua pujian atau hinaan yg diterima, pilah lalu pilih dan saring lalu sharing.

Hinaan bisa berwujud rupa menjadi sebuah kritikan atau sindiran sedangkan pujian bisa menjelma menjadi rasa kagum atau sebuah kesalutan.

Adakalanya juga susah membedakan rasa kagum dengan kritikan dan sindiran dengan kesalutan sebab mereka satu komplotan.

" kritik itu pahit tapi tetap ku telan, ku tahan rasa sakit dan tetap berjalan " ~Younglex

Bah, dia gilak kehormatan wak

Sekilas info, telah terjadi suatu kejadian negatif yg tidak penting. Dah tau negatif ditambah pula tidak penting, entah apa apa aja.

Gini, akan tiba masanya sesosok orang biasa bisa jadi sangat hina yg tak berpengujung cuma karena seonggok kalimat yg berisi berita kesalahan tentang dirinya.
Selalu salah di pandangan dia yg doyan senyum munafik.

"Era kerajaan pun runtuh disebabkan selir selirnya berkhianat dan akhirnya rakyat menyalahkan rajanya" kiasan macam apa ini?

Setelah itu, selalu ada saja sindiran muka ataupun mulut yg terjadi. Seolah olah setiap kegiatan yg dikerjakan dia berubah menjadi bahan agar dirinya dipandang lebih baik.

Manis di depan, nusuk di belakang. Berkata kata dan berpura pura baik adalah senjata rahasianya untuk mencari celah untuk menindas.

Entah gimana mau menyampaikan secara tulisan, yg jelas jadi korban dari cerita diatas sangatlah ironis.

"Nama baik atau reputasi dibawa oleh orang lain, tapi watak dan kepribadian anda harus anda bangun sendiri"

Sempat setengah sadar

Mengawali hari dengan mandi tidak lupa gosok gigi dan ditemani terik matahari yg menghimbau pergi.
Pergi dari kenyamanan yg telah tersusun rapi hingga akhirnya sadar kalau setengah diri sempat kaget karna belum siap menerima.

Mengganti rutinitas menjadi aktivitas.
Meningkatkan royalitas menjadi totalitas.
Yg utama harus berkawan hingga tak ada satupun yg menjadi lawan, yg jelas belajar untuk bekerja.

Hasrat untuk menari dan berlari didalam tempat yg ditentukan.
Mencari dan menaiki untuk barang yg diinginkan.
Menulis dan membungkus jika barang itu terbeli.

Tanpa disangka-sangka dari waktu ke waktu semua nya tampak berjalan sesuai dengan yg diinginkan, mungkin karna toleransi atau pun  ego yg sudah bisa diatur masing masing.
Mereka semua mampu memberi pelajaran berharga yg aku butuhkan suatu saat nanti.

Sementara, akan ada masanya kegiatan ini berakhir dan semuanya usai, jujur sampai saat ini kalian berharga dan jika waktunya tiba menangkan hari ini. Mungkin bisa jadi cerita yg mengagumkan.

Friday, 18 January 2019

Apa dan Siapa

Di segi agama, aku tidaklah luput dari setiap kesalahan. Baik yg disengaja maupun tidak, dari yg besar bahkan yg kecil dan mungkin mulai hari ini, esok maupun yg telah lalu.

Di segi kehidupan, aku hanya berkawan dekat dengan kesederhanaan. Tidak glamor dan tidak mewah.
Terlahir dari keluarga yg cukup tinggi akan disiplinnya, disitulah aku dibentuk dan dibina menjadi aku sekarang serta tak luput dari organisasi yg pernah ku masuki.

Di segi penampilan, aku hanya pria kurus dengan berat 51 kg dan tinggi 165 cm, tidak begitu idaman di sebagian mata manusia.
Aku cukup minder dengan yg ada, Cadel dan Amandel. Mereka berdua membuatku sering lupa karna itu salah satu resiko dari Amandel.

Di segi bakat, aku tidak sekece pemain basket, tidak segagah pemain futsal san tidak sefavorite pemain band.
Bahkan sampai saat ini aku masih meraba apa saja yg bisa aku kembang kan.

Apa? Untuk saat ini aku selalu bersyukur telah menjadi aku, aku yg mampu menghibur ketika aku sedih.
Siapa? Aku hanya takut kalian tidak bisa nerima aku, sebab ada kekurangan yg aku miliki.

"Musuhmu terbesar ialah tak lain dan tak bukan dirimu sendiri", dan sekarang aku sedang terjebak didalam ketakutan diatas

Wednesday, 16 January 2019

Tanpa Salam

Sesekali bicara tentang perasaan ndak apa kan? Masalah kritikan gampang, Belakangan.

Ibarat sepeda tanpa rem, kekaguman ku muncul tanpa mengetuk hati yg udah lama tertidur, singkat padat namun terbayang bayang.

Tidak dimulai dari huruf A maupun dari angka 0, semuanya terjadi tanpa perlu skenario yg menarik tetapi mampu menjadi yg terbaik dan asik.

Argumen ku berdialog bahwa, kagum itu berada di atas rasa suka. Ya, suka yg beraroma minder. Intinya raga ini beneran berdebar dengan hebat dan fikiran itu berimajinasi dengan fantasi yg disebabkan oleh efek yg ia berikan.

Perihal kenyamanan berada di level paling atas, tapi untuk kelanjutannya mari kita bertanya pada rumput yg bergoyang.

Ada nama mu di diam ku.
Kemistri macam apa ini?
Due tige  baling baling
Tujuh lapan aye aye (Cakeppp)
sudahlah, jangan ambil pusing
Jalani dan nikmati saje.

Yg jelas ia telah menggetarkan hati ini beberapa hari belakangan, sejak cerita tak bermakna ini ditulis.

Tuesday, 15 January 2019

Memesan Perjumpaan

Dengan sisa waktu yg kian mepet dan jarak tempuh lumayan dekat, lantas aku memberanikan diri untuk berjumpa ditengah-tengah kelonggaran waktu yg ada.

Menyampaikan pesan dan kesan lewat sosial media lalu berjsnji dari jauh waktu hanya untuk berjumpa, ya. Jumpa kita.

Waktu dan tempat disepakati lalu berlabuh menuju lokasi.

Hal yg aku rindukan bisa menatap tanpa perantara tapi secara langsung dan keadaan yg begitu aku nanti nantikan, sebab bagiku terlalu banyak pertemuan yg terbuang percuma tanpa direncanakan.

Dengan sebab, ada saja yg mampu menghancurkan kenyamanan ini, ntah benda mati ataupun bernyawa. Sebab itulah aku lebih memilih bersenang-senang dengan Hp kesayangan yg ku beli pake uang sendiri ini walaupun harus berusaha ikhlas untuk mengabaikannya, padahal itu adalah hal yg tidak ingin terjadi sama sekali, sama sekali tidak namun apa daya skenario ku luput di makan waktu dan di curi kesempatan.

Mulut ini memang sedikit banjir, banjir akan kata kata. Andai saja kau mampu menemukannya. Sudah ku pastikan senyum manismu bakal berseri. Namun terkadang jika mood ini rusak, hancur atau berantakan, hanya caci maki yg bakal terdengar tanpa sensor dan rem.

Jadi begini, aku sangat senang berbicara, apalagi kau bertanya pembahasan yg sedikit banyaknya sudah ku pahami, pastilah aku dengan senang hati menyampadikan an menghidangkannya serapi mungkin.
Maka dari itu, cobalah sesekali bertanya padaku, sekiranya jawaban sederhana ku mampu menjadi solusi dan bertukar pikiran lah jika sempat, aku siap menjadi pendengar yg baik.

Jangan sungkan, akal ku begitu lembut dan hati ku begitu lunak akan 2 hal diatas jika mampu terjadi dalam 1 pertemuan.
Ya, begitu lah sekiranya, kata kata ku bakal menjadi kalimat yg siap kau seduh namun tetetap jangan di bibit tu sungkan

Berisi Ekspetasi Tinggi

Gelap. Cahaya yang sedang di perjuangkan belum bisa bersanding. Gagal. Berkali-kali hingga ratusan kali pun belum membuahkan hasil yang di i...