Penampilan kini sudah tidak penting, yg penting hanyalah sehat lahir dan batin untuk terus menafkahi.
Ia tampak berbeda, sekarang tidak seenergik dulu sebab ratapan matanya mengartikan ada beban berlebih yg sedang di pikul.
Aku mulai paham kenapa itu semua terjadi, jelas saja faktor ekonomi, menafkahi anak istri hari demi hari.
Terkadang, rasa kagum ku muncul karena semangat yg di perlihatkan nya, dengan mengesampingkan rasa kantuk dan istirahat yg cukup sebagai latar belakang untuk terus mencari rezeki.
Dinginnya malam kota ini tidak mematahkan perjuangan mu.
Emosi yg terluapkan adalah bentuk pelampiasan penat, aku tau kau yg dulu itu gimana dan kini? Semua berubah drastis namun tidak dengan sikap tegas dan disiplin, ditambah jabatan kepala keluarga yg harus di sandang dan kasih sayang yg mesti seimbang.
Di usia ku yg memasuki 21, pukulan keras terasa menusuk kalbu. Begitu beratnya hidup di ranah orang dengan sejuta masalah tak terduga.
Kepala keluarga bukan sekedar kepala yg ingin berkeluarga, jauh lebih dalam siap sebagai Ayah yg tahan banting, sebagai teladan pendidikan moral, acuan dalam semangat bekerja dan imam dalam beragama.
Dunia ini penuh tanda tanya, aku harus berbenah diri menjadi lebih baik agar semuanya baik-baik.
Aku mengagumi sosok mu, semoga perjuangan mu tidak sia-sia, sabar mu terbayarkan dan jerih payah mu tergantikan.
Banyak ilmu liar yg kau jinakkan lalu kau jadikan masukan secara tak langsung kepada ku.
Tetaplah bijaksana, salam kagum dari ku.
Sunday, 21 July 2019
Tuesday, 2 July 2019
Persandiwaraan
Ah, sialan. Hati dan raga ini sudah mulai sumpek dengan muka dua dan drama receh yg sedang ia lakoni dari waktu ke waktu. Sebenarnya aku tidak menginginkan perjumpaan yg melibatkannya, karena aku tau ia sedang melakukan persandiwaraannya.
Bukan tanpa sebab pula hati ini mulai sumpek dengan keberadaannya, karena sempat beberapa isu yg beredar ia menjatuhkan ku dengan cara menusuk dari dalam dan ada pula beberapa kejadian yg menambah kesimpulan ini memuncak, salah satunya dengan sikap semena-menanya.
Itu buruk sekali.
Ku kira semuanya sudah jelas, ia tidak menginginkan kegembiraan yg mengelilingi ku, ia pengen merusaknya dengan berlagak jadi seorang yg baik.
Jelas semua sudah ku ketahui, jadi lebih hati hati adalah caraku meladeni. Sebab dulu ia mampu menggali amunisi dengan begitu mudahnya di barengi kebodohan diri ini.
Kini senyum dan canda hanya pelengkap sandiwara ku saja, semua bukannya suuzon semata tapi realita yg ku terima.
Bukan tanpa sebab pula hati ini mulai sumpek dengan keberadaannya, karena sempat beberapa isu yg beredar ia menjatuhkan ku dengan cara menusuk dari dalam dan ada pula beberapa kejadian yg menambah kesimpulan ini memuncak, salah satunya dengan sikap semena-menanya.
Itu buruk sekali.
Ku kira semuanya sudah jelas, ia tidak menginginkan kegembiraan yg mengelilingi ku, ia pengen merusaknya dengan berlagak jadi seorang yg baik.
Jelas semua sudah ku ketahui, jadi lebih hati hati adalah caraku meladeni. Sebab dulu ia mampu menggali amunisi dengan begitu mudahnya di barengi kebodohan diri ini.
Kini senyum dan canda hanya pelengkap sandiwara ku saja, semua bukannya suuzon semata tapi realita yg ku terima.
Subscribe to:
Comments (Atom)
Berisi Ekspetasi Tinggi
Gelap. Cahaya yang sedang di perjuangkan belum bisa bersanding. Gagal. Berkali-kali hingga ratusan kali pun belum membuahkan hasil yang di i...
-
Gelap. Cahaya yang sedang di perjuangkan belum bisa bersanding. Gagal. Berkali-kali hingga ratusan kali pun belum membuahkan hasil yang di i...
-
Berpapasan tanpa dikehendaki, tidak tersenggol cuman tidak terlalu jauh. Aku dikiri dia dikanan, aku maju ke depan dia maju kebelakang ku. ...
-
Terlintas angan-angan masa depan, yg pertama penerus dan yg kedua solusi. Angan-angan itu muncul ketika sedang bersemedi di kamar mandi, de...