Dengan kesibukan yg ku alami, rumah hanya tempat untuk merebahkan lelah dengan mengesampingkan fungsi utamanya, yaitu ngumpul bareng keluarga atau seminimal mungkin berada disatu atap walaupun dengan kegiatannya masing-masing.
Malam ini, ragaku tersentak dinginnya api keegoisan dan reruntuhan tembok nan angkuh.
Tersadar lalu tergambar secara jelas, terfikir dengan air mata yg menjadikannya pertanda, memutar balek momeri kelam yg makin mengucur deras kan air mata, semua perihal tentang orang tua.
Mereka adalah sosok pahlawan yg sebenarnya, tidak ada seorang pun yg mampu menggantikan posisi mereka. Tempat dimana segala masalah menjadi mudah, yg awalnya susah akhirnya pasti mudah.
Mereka rela mengesampingkan rasa nyaman demi anaknya tercinta. Aku sedang mengalaminya dan melihat itu semua.
Aku malu pada diri ini, yg kian dewasa kian durhaka.
Aku menyayangi mereka tanpa batas, tanpa puas dan dengan ikhlas.
Tuesday, 25 June 2019
Saturday, 15 June 2019
Satu ke semua
Ternyata kebencian itu beranak Pinak, satu yg berbuat namun sekelilingnya bisa terkena. Ntah siapapun yg berada disekelilingnya, tanpa mereka sadari dan pahami, Mereke telah terlibat didalam runutan sifat yg turun temurun.
Setiap pekerjaan punya persaingan.
Setiap pangkat ada saja lawan berat.
Di balik pangkat yg tinggi, selalu ada saja angin yg ingin menumbangkan, baik itu menghujat ataupun menendang.
Pandang bulu tidak berlaku, cibiran dan pandangan kurang sepad menjadi menu yg harus di santap, ketika berpapasan pun menjadikan suasana kurang harmonis.
Ada saja ketidakpantasan yg di terima.
Aku? Iya. Aku adalah salah satu disekeliling orang yg dibenci itu.
Aku merasakan semuanya, contoh di atas sudah ku alami.
Aku berteman dengan pahitnya cibiran, pedasnya hujatan.
Aku sedikit kecewa dengan keadaan ini, namun bertahan adalah solusi.
Memang tidak selamanya berjalan sesuai khayalan semata dan mulus, kadang lebih banyak ion negatif ketimbang positif.
Tapi tidak masalah, sebab ini adalah lingkungan pekerjaan. Lingkungan yg tampak manis namun dendam membara.
Harus kebal dan harus jauh lebih bijaksana menanggapi semua yg ada.
Aku merasakan semuanya, contoh di atas sudah ku alami.
Aku berteman dengan pahitnya cibiran, pedasnya hujatan.
Aku sedikit kecewa dengan keadaan ini, namun bertahan adalah solusi.
Memang tidak selamanya berjalan sesuai khayalan semata dan mulus, kadang lebih banyak ion negatif ketimbang positif.
Tapi tidak masalah, sebab ini adalah lingkungan pekerjaan. Lingkungan yg tampak manis namun dendam membara.
Harus kebal dan harus jauh lebih bijaksana menanggapi semua yg ada.
Subscribe to:
Comments (Atom)
Berisi Ekspetasi Tinggi
Gelap. Cahaya yang sedang di perjuangkan belum bisa bersanding. Gagal. Berkali-kali hingga ratusan kali pun belum membuahkan hasil yang di i...
-
Gelap. Cahaya yang sedang di perjuangkan belum bisa bersanding. Gagal. Berkali-kali hingga ratusan kali pun belum membuahkan hasil yang di i...
-
Berpapasan tanpa dikehendaki, tidak tersenggol cuman tidak terlalu jauh. Aku dikiri dia dikanan, aku maju ke depan dia maju kebelakang ku. ...
-
Terlintas angan-angan masa depan, yg pertama penerus dan yg kedua solusi. Angan-angan itu muncul ketika sedang bersemedi di kamar mandi, de...