Friday, 20 December 2019

Seolah Aku Ini

Ibarat garis, rutinitas kehidupan cukup aman dan terkendali secara kebahagiaan. Bahagia itu perlu namun susah, susahnya ialah buat kau jumpai karena ia menyamar menjadi suatu kebaikan.
Kebahagiaan yg diterima cukup vertikal tapi tidak dengan kebaikan yg aku bagikan hanya sebatas horizontal.

Dalam mendalami suatu kejadian, tersadar akan sebuah rasa yg telah dicari keberadaannya, rasa syukur. dimana kau? Engkau berada dimana? Aku butuh ! Butuh kau untuk mensingkirkan semua perkara ini !
Tunggu aku sebentar saja, beri waktu untuk berdamai dengan jiwa dan ego ini, setelah itu bakal ku jemput paksa kau ke dekapan ku.

Jauh lebih mendalam, bagaimana rasa syukur itu hadir sementara berterima kasih saja aku enggan ?
Gawat ! Hal sekecil itupun terabaikan. Ntahlah.

Sudah, sudah cukup ! Ini bukan waktunya menyalahkan keadaan, itu sama saja dengan mematahkan semangat juang yg ada pada diri sendiri. Sekarang waktu untuk memperbaiki.
Aku sadar, bahwa ada sesuatu ketika aku lupa diri, merasa hebat dan congkak atas semua hal, padahal itu wujud nyata dari kurangnya rasa syukur dan ucapan terima kasih.

Sumber masalah sudah di dapati. Kini, waktunya mengoreksi dan bertekad untuk meminimalisirkan kesalahan yg lalu.
Tidak ada kata telat ataupun sejenisnya. Geraklah, sekarang ! Karena waktu bakal terus berdetak tanpa memikirkan kita ataupun kesalahan kita.

Berisi Ekspetasi Tinggi

Gelap. Cahaya yang sedang di perjuangkan belum bisa bersanding. Gagal. Berkali-kali hingga ratusan kali pun belum membuahkan hasil yang di i...